Penyakit itu ternyata..

Saya ingat di penghujung tahun 2019 terjadi konflik antara cina dan indonesia mengenai perairan Natuna. Kapal kapal ikan milik cina kedapatan memasuki teritori indonesia untuk mengambil ikan. Diplomasi demi diplomasi terus dilakukan antara pemerintahan indonesia dan cina.

Menariknya, muncul berita kala itu bahwa Ki Joko Bodo Cs sedang menyiapkan 5 juta tentara gaib untuk amankan natuna. Selanjutnya, terdengar kabar bahwa sebuah penyakit misterius yang meyerang pernafasan tengah merebak di cina.

Netizen jurusan cocoklogi menghubungkan kejadian itu dengan tentara tentara gaib. Tentu saja kejadian itu tidak ada kaitanya sama sekali.

Flashback ke tahun kemarin tepatny bulan november 2019, seseorang pria berumur 55 tahun di duga adalah orang pertama yang diduga terjangkit COVID-19 (Corina Virus Desease), semenjak itu 5 orang dengan penyakit yang sama terus berdatangan.

Per tanggal 15 desember, jumlah kasus yang ada sudah mencapai 27 orang, dan mencapai 60 orang pada 20 desember.

Kemudian seorang dokter bernama Dr Lie Wenliang mewanti wanti adanya virus baru, dia kemudian dituduh menyebarkan berita yang salah yang belakangan malah telah tersebar luasdi seluruh penjuru dunia.

Baca Juga :   Lombok berguncang hingga 200 kali, apa yang terjadi?

Sayangnya Dr Lie meninggal dunia karena terinfeksi virus tersebut. Pasien pertama yang terjangkit virus tersebut diketahui sering berkunjung ke sebuah pasar seafood di kota wuhan, pasar ini juga diketahui menjual hewan hewan liar seperti ular, tikus dan juga kelelawar.

Virus ini diduga dibawa oleh kelelawar. Sedikit info saja bahwa hewan ini merupakan carier berbagai macam virus termasuk SARS, dan MERS yang merupakan satu keluarga dengan SARS-nCOV-2 ini.

Awalnya virus itu diduga bersifat zoonotic yang artinya menular antara hewan ke manusia, dan manusia ke hewan.

Tapi belakangan dikeahui bahwa virus itu mampu berpindah antara manusia dan manusia secara cepat.

Pada tanggal 11 januari 2020, cina mengumumkan pasien meninggal pertamakali akibat serangan virus ini, sebelumnya pasien tersebut sudah menderita penyait kronis. Segala pengobatan sudah dilakukan, namun keadaanya tidak membaik.

Tanggal 13 januari, WHO mengumumkan kasus pertama virus Corona dluar Cina, yaitu seorang wanita warga negara filipina yang baru saja kembali dari wuhan. Sementara itu pasien kedua di Cina dinyatakan meninggal pada tanggal 17 Januari 2020.

Baca Juga :   Lombok berguncang hingga 200 kali, apa yang terjadi?

Pada tangga 20 Januari, tiga orang dinyatakan meninggal, dan berbagai kasus serupa dilaporkan menyebar di daratan Cina seperti Beijing, Shanghai dan Shenzen.

Tanggal 23, Wuhan resmi di LockDown untuk mencegah meluasnya penyakit ini, Celakanya ratusan ribu orang sudah terlanjur keluar dari Wuhan dan pulang ke tempatnya masing masing.

Waktu itu bertepatan dengan perayaan libur tahun baru cina, banyak sekali orang yang berkunjung ke wuhan tanpa sadar mereka terinfeksi virus tersebut.

Sebuah studi mengatakan bahwa, 1 orang yang terinfeksi berpotensi untuk menginfeksi 5 orang lainya. Bayangkan jika ribuan orang terinfeksi dan mengnfeksi 5ribu orang lainya. Oleh karena itu, virus ini menyebar secara eksponensial yang artinya ribuan orang akan terinfeksi pada saat yang bersamaan, tidak satu atau dua orang.

Februari 2020, Filipina melaporan kasus pertama corona yang meninggal di negaranya. Korban tersebut diindentifikasi sebagai seorang warga cina yang mempunyai histori bepergian ke wuhan, tempat pandemi itu berasal.

Diwaktu yang bersamaan, tercatat lebih dari 7000 orang terinfeksi dan 300 oranng meninggal dunia. Minggu demi minggu orang yang terinfeksi semakin banyak, Di daerah cina saja sudah lebih dari 30ribu orang ternfeksi di berbagai provinsi. Negara negara lain seperti malaysia, Singapura, Arab saudi, Italia juga melaporkan adanya orang yang terjangkit virus corona di negaranya.

Baca Juga :   Lombok berguncang hingga 200 kali, apa yang terjadi?

Hingga saat ini, setelah lebih dari 5 bulan virus itu pertama muncul, sudah 1,3 juta orang yang terinfeksi, 75ribu orang meninggal, namun 291 ribu orang berhasil sembuh. Ini muat CFR (Case Fatality Rate) COVID-19 mencapai 5,5 persen.

Angka tersebut masih jauh dibandingkan dengan SARS, dan MERS dimana SARS 15%, dan MERS 40%. Tetapi tingkat penularanya jauh lebih tinggi. Sars “hanya” menginfeksi 8ribuan orang, sedangkan mers 3000 orang.

Share

You may also like...